TES INTELEGENSI
Ada berbagai macam-macam tes intelegensi, yakni:
1. IST
Fungsi dan Tujuan dari tes intelegensi ini:
- menggambarkan pola kerja tertentu
- memahami diri dan pengembangan pribadi
- merencanakan pendidikan dan karir
- membantu pengambilan keputusan dalam hidup individu.
Subtes-subtes dalam IST
- SE : Melengkapi Kalimat
- WA : Melengkapi Kalimat
- AN : Persamaan Kata
- GE : Sifat yang dimiliki bersama
- RA : Berhitung
- ZR : Deret Angka
- FA : Memilih Bentuk
- WU : Latihan balok
- ME : Latihan Simbol
Skoring dan Interpretasi dalam IST
Tahap skoring yang digunakan untuk setiap subtes adalah dengan memeriksa setiap
jawaban dengan menggunakan kunci jawaban yang telah disediakan.
2. CFIT
CFIT mengukur intelegensi individu dalam suatu cara yang direncanakan yntuk mengurangi
pengaruh percakapan verbal, iklim budaya, tingkat pendidikan (Cattel dalam Kumara, 1989).
Tujuan CFIT
Tes ini dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan faktor kemampuan mental
umum/kecerdasaan. \
1. Skala 1: Usia 4-8 tahun dan orang dengan RM (Retardasi Mental)
2. Skala 2: Usia 8-15 tahun untuk orang dewasa dengan kecerdasan dibawah normal.
3. Skala 3: Usia >15 tahun untuk usia sekolah lanjut atas dan orang dewasa dengan kecerdasan
tinggi.
3. SPM (Standard Progressive Matrices)
Merupakan salah satu contoh bentuk skala intelegensi yang dapat diberikan secara individual
maupun kelompok.
4. SB (Skala Binet)
Klasifikasi IQ Tes Binet:
- 140 keatas : Very Superior
- 120-139 : Superior
- 110-119 : Rata-rata Atas
- 90-109 : Normal atau Rata-rata
- 80-89 : Rata-rata Bawah
- 70-79 : Borderline Deffective
- 69-kebawah : Cacat Mental (Mentally Detective)
5. WAIS (Weschler Adult Intelligence Scale-Revised)
Mengukur 2 aspek kemampuan potensial subyek yaitu aspek verbal dan aspek performance.
6. WISC (Wechler Intelligence Scale for Children)
Terdiri dari 2 skala dari 12 subtes yaitu:
- Skala Verbal, terdiri dari:
- Informasi,
- Komprehensi
- Aritmetik,
- Kesamaan,
- Kosakata,
- Rentang Kata
- Skala Performansi, terdiri dari:
- Kelengkapan Gambar
- Susunan gambar
- Rancangan Blok
- Perakitan Objek
- Coding (Sandi)
- Mazes (Taman Sesat)
TES KEMAMPUAN KERJA
1. TES KRAEPELIN
Tes Kreapelin merupakan hasil dari ciptaan Emilie Kraepelin dia adalah seorang Psikiater dari Jerman, adapun proses pembuatannya dari tahum 1856-1926. Alat ini dapat tercipta atas dasar pemikiran dari faktor – faktor yang merupakan kekhasan dari sensori sederhana, sensori motor, perseptual dan tingkah laku.
TUJUAN
Tujuan dari tes Kraepelin sebenarnya adalah digunakan untuk menentukan seperti apa tipe
performance seseorang, misalnya hasil penjualan yang rendah, dapat menggindikasi daya gejala
depresi mental. Selain itu tes Kraepelin juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa maximum performance dari seseorang.
• Faktor kecepatan (speed factor) dimana dalam faktor kecepatan ini ditunjukan pada beberapa
prestasi yang dicapai seseorang atau teste saat mengerjakan tes. Apabila hasil yang diperoleh oleh
teste tinggi maka arah karir yang cocok adalah bekerja di bidang perkantoran. Seperti pekerjan
yang berhubungan dengan pembuatan jadwal, grafik, dan chart.
• Faktor ketelitian (accuracy factor) Faktor ini ditunjukkan pada berapa kesalahan (salah maupun terloncat) yang diperbuat dalam pengerjaan tes. Jika teste mendapatkan jumlah kesalahan sedikit maka teste tersebut dapat dikategorikan mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi,adapun arah karir yang cocok untuk katagori ini yaitu bekerja pada bidang manajemen, akutansi, perpajakan, statistika, dan matematika.
• Faktor keajegan (rithme factor) faktor keajegan ditunjukkan pada irama kerja seseorang dalam mengerjakan tes. Untuk mengetahui keajegan atau sering disebut dengan kestabilan seseorang maka
dengan cara menskor deret tertinggi dikerjakan dikurangi deret terendah yang dikerjakan. Jika hasil
yang di peroleh teste tinggi, maka dapa ditentukan arah karir yang cocok yaitu sebagai direktur atau
pimpinan perusahaan. • Faktor ketahanan (ausdeur factor) dimana dalam faktor ini dapat
ditunjukkan oleh garis ausdaner dalam mengerjakan tes. Menganalisis dari bentuk grafik yang
dikerjakan oleh teste tersebut.
ADMINISTRASI
• Alat yang dibutuhkan: lembar tes Kraepelin, tes ini terdiri dari 45 lajur angka,namun biasanya yang dikerjakan hanya 40 lajur, Stopwatch, Pensil, Meja yang cukup luas, Papan tulis, kapur atau flip chart untuk dipergunakan tester saat menjelaskan pada testee.
• Prosedur kerja dalam pelaksanaan: ada beberapa presedur yang harus dilakukan, atau diterapkan saat ingin melakukan tes Kraepelin, teste di bagikan lembar tes pada testi, teste diminta mengisi identitas pada tempat yang sudah ditentukan dalam lebar tes, dan tidak membuka lembaran tes sebelum diinstruksikan, teste memberikan contoh mengisi/menjawab lembar tes di papan tulis.
INTRUKSI
Jumlahkan tiap – tiap angka dengan angka diatasnya, kerjakan dari ataskebawah, dari angka
hasil penjumlahan tersebut, anda cukup menuliskan angka satuannya saja, misalnya hasil
penjumlahan itu adalah 14, maka anda hanya menulis angka 4 disamping kanan – antara kedua
angka tersebut. Bila anda membuat kesalahan dalam menjumlahkan, misalnya anda menjawab
padahal jawabannya adalah 3, maka anda tidak perlu menghapusnya. Anda cukup mencoret dengan
satu garis angka yang salah tersebut dan menggantinya dengan angka yang benar. Setiap mendengar
ketukan (dicontohkan) , maka anda harus pindah ke lajur selanjutnya disebelah kanan. Dan
mulailah kembali mengerjakan dari bawah keatas di lajur yang baru tersebut. Anda hendaknya
bekerja secepat dan seteliti mungkin.
SKORING
• Menyambung / membuat garis dari puncak tertinggi sehingga membentuk grafik
• Garis timbang: puncak teringgi + puncak terendah : 2
• Kecepatan testi mengerjakan lajur tiap menit: 2 x (jumlah angka diatas garis timbang – angka dibawah garis timbang) : 40
• Ketelitian: Jumlah kesalahan 15 lajur ( 5 lajur terdepan, 5 lajur tengah dan 5 lajur terakhir).
2. TES PAULI
Tes Pauli dikembangkan pada tahun 1983, oleh Dr.Richard Pauli bersama dengan Dr. WilhemArnold dan Prof. Dr. Van Hiss. Pada dasarnya, Richard Pauli tergolong dalam suatu aliran yang ingin membuat psikologi menjadi bidang ilmu pasti, yaitu membuat psikologi sebagai suatu bidang eksperimen. Di dalam penyusunan atau pembuatan test pauli ini, Richard Pauli mengambil cara yang dipergunakan oleh Kraeplin, yaitu menggunakan suatu metode dengan cara mengerjakan penghitungan sederhana di mana yang hendak dilihat adalah kurva kerja dari testee. Kraeplin adalah seorang psikiater atau dokter jiwa yang menggunakan metode dengan menyuruh testee menghitung.
TUJUAN
• Aspek kepribadian yang diukur dalam tes Pauli antara lain:
- Kekuatan kemauan
- Daya tahan dan keuletan
- Ketekunan dan konsentrasi
- Daya penyesuaian
- Vitalitas/energi (dengan asumsi, energi = prestasi)
- Kecermatan dan ketelitian
- Stabilitas emosi Sikap terhadap tugas, sikap dalam menghadapi tantangan, dan cara mengendalikan diri.
ADMINISTRASI
Alat dan prosedur pelaksanaan tes: Menyiapkan stopwatch yang siap pakai, menuliskan contoh Pauli di papan tulis, membagikan lembar tes Pauli dengan isian untuk nomor, nama, dan sebagainya terletak di sebelah atas, membagikan pensil (disarankan ada cadangan), intruksi.
SKORING
• Perlengkapan yang harus disiapkan: Pensil, ballpoint dengan tinta merah, hijau, dan biru (yang ujungnya runcing), kalkulator, penggaris Pauli dan penggaris biasa.
• Yang harus diperhatikan pada waktu skoring: Lajur yang dilongkap, jika ada dicoret dengan tintamerah, cek jumlah garis, garis harus berjumlah 20 buah, cek kesalahan, jika ada kesalahan dalam penjumlahan beri tanda “silang” dengan tinta warna merah, cek pembetulan, jika ada beri tanda “+” dengan tinta warna hijau, cek penjumlahan yang terlewat, jika ada beri tanda “<” dengan tinta warna biru.
TES EVALUASI BELAJAR
FUNGSI EVALUASI:
1. Evaluasi sebagai alat untuk mengetahui ketercapaian tujuan pengajaran
2. Evaluasi sebagai dasar untuk menentukan nilai atau tingkat keberhasilan belajar siswa
3. Evaluasi sebagai alat untuk memotivasi belajar siswa
4. Evaluasi sebagai alat untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa
5. Evaluasi sebagai balikan bagi guru dan sekolah untuk mengembangkan dan memperbaiki program dan proses pembelajaran
JENIS EVALUASI:
1. Evaluasi penempatan: untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang tepat
2. Evaluasi psikodiagnostik: untuk mengenal latar belakang siswa yang mengalami kesulitan
belajar
3. Evaluasi formatif: untuk memberikan balikan
4. Evaluasi sumatif: untuk memberikan nilai kemajuan dan keberhasilan siswa.
TEKNIK EVALUASI:
- Teknik Tes:
Individu yang dievaluasi (testee) akan mengalami perlakuan yang sama, dalam hal perintah, bentuk tugas, dan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan evaluasi tugas. Sehingga, individu yang dites tersebut akan memiliki skor tertentu yang dapat dijadikan sebagai gambaran atas apa yang telah dievaluasi.
• Teknik tes dibagi menjadi 3 jenis, yaitu tulisan, lisan, dan tindakan.
1. Tes tulisan adalah tes yang disajikan secara tertulis, baik pertanyaan yang diajukan maupun cara menjawabnya. Jadi, ada dua perangkat penting dalam teknik tes tulisan, yaitu lembar soal dan lembar jawab.
2. Tes lisan adalah tes yang dilakukan dengan cara komunikasi langsung dengan orang yang melakukan tes dan orang yang dites.
3. Tes tindakan adalah bentuk tes yang disajikan dalam bentuk tugas tindakan. Dalam teknik ini peserta tes menyelesaikan tugas sementara tester memberikan instruksi berupa tugas serta melakukan pengamatan.
2. Teknik non tes:
Teknik non tes ini bisa digunakan untuk menilai psikomotorik dan afektif dari peserta didik, bukan aspek kognitifnya. Berbagai macam teknik non-tes. Pengamatan atau observasi, skala penilaian dan sikap, interview, studi kasus, angket atau kuesioner portofolio, dokumentasi, riwayat hidup.
• Wawancara:Ada dua jenis wawancara yang biasa dilakukan, yaitu wawancara berstruktur dan wawancara tidak berrstruktur Pada wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga peserta didik hanya tinggal mengategorikan jawabannya, diolah dan kemudian dianalisis untuk disusun kesimpulan. Sementara itu, pada wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan.
• Kuesioner (angket): merupakan salah satu bentuk evaluasi yang berupa pertanyaan pertanyaan dalam kertas dan responden diminta untuk mengisi jawaban kolom-kolom yang telah tersedia.
• Observasi: Hal yang diingat adalah observasi harus dilaksanakan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Sebelumnya, pengamat harus menetapkan aspek-aspek perilaku seperti apa yang akan diobservasi. Kemudian, aspek-aspek tersebut dirancang sebagai pedoman dalam melakukan observasi
• Skala sikap dan penilaian: Skala sikap dipakai untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang melalui pernyataan perilaku individu pada suatu kategori yang bermakna nilai
• Sosiometri: Instrumen sosiometri merupakan teknik evaluasi yang tepat untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri, terutama hubungan sosialnya dengan teman sekelas.
SKORING
1. Penyetoran untuk tipe benar salah (true false)
2. Teknik Penyekoran Tipe Menjodohkan (Matching Test)
3. Teknik Penyekoran Pilihan Ganda
4. Penyekoran soal uraian
Pengolahan Data Hasil Wawancara Kuesioner:
Wawancara atau kuesioner bertujuan untuk mengetahui: kegiatan yang digunakan peserta didik untuk mengisi waktu luangnya di rumah, kebiasaan belajar yang biasanya dilakukan oleh siswa.
Penilaian Data Skala Penilaian Atau Skala Sikap:
Data yang diperoleh dari isntrumen skala sikap dan skala penilaian berbentuk skor atau data interval.
SUMBER FOTO: GOOGLE
Hard Rock Hotel & Casino Pittsburgh - Dr.MCD
ReplyDeleteLocated 충주 출장마사지 in the heart of Pittsburgh, 동해 출장안마 Hollywood Casino Pittsburgh 경기도 출장안마 is adjacent to Hard Rock 영천 출장샵 International and just a 안동 출장샵 3.5-minute walk from Horseshoe Casino.