Tuesday, June 14, 2016

ETIKA DALAM PEMERIKSAAN PSIKOLOGIS


     Setiap profesi yang ada memiliki suatu etika yang diharapkan untuk diperhatikan dan dilaksanakan oleh pelaku-pelaku profesi tersebut. Etika digunakan dalam rangka melindungi baik pelaku profesi dan pengguna jasa profesi. Salah satu etika yang ada dipsikologi adalah etika dalam proses tes psikologi, mulai dari administrasi, skoring, interpretasi dan menyampaikan.

     Tes psikologi hanya dapat dievaluasi dari sudut ilmu sains dan teknisnya oleh orang yang benar-benar ahli dalam perkembangan tes terkini, prinsip psikometri, dan aspek-aspek perilaku yang ada dalam tes yang akan dievaluasi. Setelah tes diimplementasikan melalui proses seleksi, administrasi dan skoring, tes juga harus bisa dievaluasi, diinterpretasikan dan dikomunikasikan dalam cara yang benar untuk tujuan kenapa mereka digunakan oleh professional yang memiliki pengetahuan dalam konteks tersebut ketika tes dilaksanakan sama juga untuk aspek-aspek teknis dan isu-isu psikologi yang terlibat pada saat pemberian tes tersebut. Praktek tes psikologi yang tepat diatur oleh prinsip-prinsip etika

1. Kualifikasi untuk Test Users dalam Tes Psikologi

    Dalam beberapa dekade terakhir telah terjadi peningkatan perhatian terhadap kemungkinan penyalahgunaan tes. Selain itu, test users merupakan seseorang yang selama masa pengadministrasian tes dan mereka membuat keputusan penting atau keputusan yang berkonsekuensi, seperti menentukan giftedness dan mental disability.
    
    Ada dua faktor utama yang harus dimiliki oleh test users,yaitu : Pengetahuan dan keterampilan mereka dalam:
1.       Prinsip psikometri dan statistika.
·         Penyeleksian tes dalam hal kualitas teknis mereka, tujuan yang akan mereka gunakan, dan isu-isu yang terlibat dengan budaya, ras, etnik, gender, usia, bahasa, dan ketidakmampuan yang berhubungan dengan karakteristik dari test takers.
·         Prosedur dalam mengadministrasikan dan menskoring tes, begitu juga dalam menginteroretasi, melaporkan, dan menjaga kerahasian dari hasil tes mereka(test takers).
·         Semua hal yang berhubungan dengan konteks tes psikologi itu dilakukan, apakah itu dalam hal karyawan, pendidikan, karir, konseling penjurusan,healthcare,dll serta tujuan dari tes psikologi dilakukan.
2.       Hal-hal yang test users dapatkan dari pengalaman-pengalaman yang tepat dalam semua aspek pengetahuan dan keterampilan yang menunjang untuk penggunaan tes secara spesifik.(Urbina,2014)

Hak dan Kewajiban dari Test Takers

Hak-hak dari testtakers,yaitu:
  •       Hak untuk menerima penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan diadakannya tes psikologi, tesnya digunakan untuk apa, apakah hasil tesnya akan dilaporkan kepada test takers atau kepada yang lain, hasil tesnya akan digunakan untuk apa. Jika test takers memiliki kesulitan dalam memahami istilah dalam tes, mereka mempunyai hak untuk menanyakan tentang hal tersebut.
  •       Hak untuk mendapatkan hasil tes yang tetap dirahasiakan sesuai dengan hukum yang ada.
  •       Hak untuk mengetahui jika tes psikologi merupakan suatu pilihan dan mempelajari konsekuensi dari mengambil atau tidak mengambil pengetesan, test takers secara penuh mennyelesaikan pengetesan, atau membatalkan skoring
  •       Hak untuk menerima penjelasan dari hasil test didalam waktu yang tepat dan menggunakan istilah yang mudah dimengerti
Kewajiban dari test takers, yaitu :

  •       Kewajiban untuk membaca atau mendengarkan hak dan kewajiban yang harus mereka terima dan lakukan.
  •       Kewajiban untuk bertanya terlebih dahulu sebelum tes tentang mengapa tes diberikan, bagaimana tes akan diberikan, apa yang akan mereka (test takers) lakukan, dan apa yang akan dilakukan pada hasil tesnya.

    Ketepatan dalam penggunaan tes psikologi dan menginterpretasi skor tes tersebut merupakan tanggung jawab dari test user. Penyalahgunaan tes dapat terjadi pada setiap langkah dalam proses pengetesan, mulai dari pemilihan instrumen tes yang tidak tepat, tujuan mengapa menggunakan instrumen tersebut. Kesalahan dalam proses administrasi atau skoring dan dalam menginterpretasikan atau melaporkan hasil tes juga dapat menjadi suatu penyalahgunaan dalam pengetesan. (Urbina,2014)

Trend-Trend Terkini dalam Tes Psikologi

1.       Perkembangan Tes Psikologi 

      Tes-tes psikologi yang baru terus-menerus muncul dan tidak terlihat kapan akan berakhirnya. Jika kita menghitung jumlah tes-tes yang diperbaiki dan diperbarui, kita akan menemukan ratusan tes-tes baru yang dipublikasikan disetiap tahunnya. Dorongan untuk melakukan perkembangan dalam tes-tes ini adalah karena adanya perselisihan pendapat oleh professional tentang cara terbaik untuk mengukur atau melihat karakteristik dari manusia. Selain itu dorongan untuk melakukan perkembangan dalam tes juga dating dari tekanan public dan professional yang hanya mau menggunakan instrumen yang adil, akurat dan tidak memihak. (Kaplan & Sacuzzo,2012)

2.       Tes Psikologi di Internet

Perkembangan internet yang sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir ini juga berdampak pada tes psikologi. Seperti yang sudah diketahui bahwa saat ini banyak referensireferensi dari situs-situs di internet yang memberikan banyak informasi tentang tes psikologi dan isu-isu dalam penggetesan. Saat ini banyak situs-situs yang menawarkan survei, kuesioner, dan alat-alat yang yang mendukung tes psikologi. Saat ini juga banyak terdapat tes psikologi online, beberapa ada yang legal dan beberapa tidak.

Pengaruh dari internet terhadap tes psikologi tampaknnya akan tetap berlanjut hingga beberapa tahun kedepan. Salah satu alasannya adalah karena kecepatan, dimana tes dapat dikembangkan, diterbitkan, dan diperbaikimenggunakanwebdanteknologianalisis.
Selain itu alasan lain adalah alasan efisiensi dan ekonomis karena jasa pengetesan dilakukan secara online dan dapat dilakukan didalam jarak yang jauh, apalagi saat ini terjadi peningkatan pengetesan melalui video secaraonline.
Walaupun tes psikologi secara online memiliki beberapa keuntungan, penggunaantes psikologi secara onlinejuga memiliki beberapa kekurangan, antara lain kemungkinan penggunaan tes psikologi untuk tujuan yang membahayakan atau disalahgunakan dan tidak terjaminnya kerahasiaandarihasiltespsikologi.(Urbina,2014)



Kode Etik

Dengan adanya etika ini muncul yang namanya kode etik (code of conduct) yaitu tata cara yang seharusnya diikuti oleh para pelaku profesi dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian kode etik adalah norma dan asas yang diterima oleh kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku.

Biggs dan Blocher (1986) mengatakan ada tiga fungsi kode etik yaitu :
  • Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah.
  • Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi.
  • Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.


Di Indonesia, Kode Etik Psikologi dikeluarkan oleh HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia). Kode Etik Psikologi merupakan seperangkat nilai-nilai untuk ditaati dan dijalankan dengan sebaik-baiknya dalam melaksanakan kegiatan sebagai psikolog dan ilmuwan psikologi di Indonesia (Kode Etik Psikologi Indonesia, 2010). Tetapi ada beberapa orang dalam kelompok profesi (dalam hal ini adalah profesi psikolog) yang berbuat penyelewengan/penyimpangan terhadap peraturan yang telah ditetapkan.

10 Alasan UntukTidakMenggunakanTes Psikologi

Ada banyak alasan dan dalam banyak situasi penggunaan tes psikologi tidak disarankan, Berikut ini adalah 10 alasan kenapa tes psikologi tidak disarankan untuk digunakan dalam keadaan-keadaan tertentu.(Urbina,2014)

1.      Tujuan dari tes psikologi tidak diketahui atau tidak jelas untuk test users. 
2.   Test users tidak terlalu familiar dengan semua hal yang terkait dengan tes psikologi yang akan dilakukan. 
3.   Test users tidak mengetahui hasil tes akan bagaimana atau bagaimana hasil tes tersebut akan digunakan, atau tidak dapat menjamin penggunaan dari hasil tes tersebut. 
4.   Informasi tentang segala sesuatu yang dicari dari tes telah ada, atau dapat dikumpulkan dengan lebih efisien melalui sumber-sumber lain. 
5.   Test takers tidak bersedia dan tidak bisa bekerja sama dengan pengetesan yang akan dilakukan.
6.   Test takers kemungkinan besar dapat melakukan sesuatu yang membahayakan selama proses pengetesan. 
7.   Keadaan lingkungan dan kondisi untuk melakukan pengetesan tidak memungkinkan. 
8.   Susunan test atau hal-hal yang terkait dengan test takers seperti usia, jenis kelamin, latar belakang budaya/bahasa, status disability, dan lain-lain tidak tepat dan dapat mengakibatkan tes data invalid. 
9.   Norma-norma dalam pengetesan sudah ketinggalan jaman(sudah terlalu lama dan tidak diperbarui), tidak cukup, dan tidak dapat diterapkan untuk test takers. 
10. Reabilitas dan validitas dari alat tes tidak memenuhi syarat.

Daftar Pustaka

  • Biggs, D.A & Bloacher, D.H. (1986). The Cognitive Approach to Ethical Counseling. NewYork: State University of New York at Albany.
  • Himpunan Psikologi Indonesia.  (2010). Kode Etik Psikologi Indonesia & Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Psikologi Indonesia. Jakarta: Himpsi.
  • http://www.kompasiana.com/ferry-silitonga/perampasan-hak-psikologi_ 550029c6a33311926f5103d8. (Diunduh 16 Mei 2016 pukul 12.10 pm)
  • https://www.academia.edu/7390436/Kasus_kode_etik. (Diunduh Senin, 16 Mei 2016 pukul 12.15 pm)
  • Kaplan, R. M & SacuzzoD.P. (2012).  Psychological Testing: Principles : Applications, and Issues 8TH Edition. Canada : Cengage Learning.
  • Urbina,  Susana  &  Anastasi,  Anne.  (2006).   Psychological  Testing  7th    Edition.  Jakarta: PT.INDEX.
  • Urbina, Susana. (2014). Essentials of Psychological Testing2ndEdition. New Jersey : Wiley

WAWANCARA DAN OBSERVASI


 WAWANCARA

Definisi wawancara

o Wawancara adalah sebuah proses dyadic atau dua pihak. (Stewart&Cash,2014)

o Sebuah wawancara, merupakan proses komunikasi intraksi antara dua pihak, setidaknya salah satunya telah menentukan tujuan serius yang melibatkan tanya-jawab dari sebuah pertanyaan. (Stewart& Cash, 2014)

o “... An nterview is a method for gathering data or information about an individual.” (Kaplan & Saccuzzo, 2013)

o Moleong (dalam Herdiansyah, 2005) mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

o Kesimpulannya, wawancara adalah proses komunikasi interaksi antara dua pihak, setidaknya satu dari mereka memiliki tujuan yang telah ditetapkan dan serius, yang melibatkan bertanya dan menjawab pertanyaan.

Elemen penting wawancara

·         1. Interaktif
a.       Wawancara melibatkan pertukaran dan pembagian.
b.      Peranannya dapat berganti setiap saat.
c.       Dibutuhkan dua pihak untuk menjadikan wawancara sukses
d.      Setiap sesi wawancara selalu beresiko.
·        2.  Proses
a.       Wawancara merupakan sesuatu yang kompleks, proses yang selalu berubah-ubah.
b.      Wawancara tidak terjadi di ruang hampa.
·        3. Pihak
o   Sebuah proses dyadic melibatkan dua pihak.
·         4. Tujuan
a.       Semua wawancara harus memiliki struktur tingkatan.
b.      Sebuah wawancara merupakan sebuah perbincangan dan berkembang lebih dari perbincangan lainnya.
·        5.  Pertanyaan
o   Pertanyaan memiliki beberapa peran dalam wawancara.

Bentuk-bentuk wawancara (Stewart & Cash, 2014)
  • Wawancara tradisional
  • Wawancara non tradisional
  • Bentuk wawancara tradisional berdasarkan fungsinya (Redding dalam Stewart & Cash, 2014):

o   Wawancara Memberi Informasi
o   Wawancara Mengumpulkan Informasi
o   Wawancara Seleksi
o   Meninjau Perilaku Responden
o   Meninjau Perilaku Pewawancara
o   Persuasif
  •  Bentuk wawancara non tradisional berdasarkan fungsinya (Redding dalam Stewart & Cash, 2014):

o   Wawancara yang Terfokus Pada Kelompok
o   Wawancara Telepon
o   Wawancara Konferensi Video
o   Wawancara E-mail
o   Wawancara Virtual

Bentuk-bentuk wawancara (Herdiansyah, 2009):

Wawancara Terstruktur àterkesan seperti interogasi karena sangat kaku dan pertukaran informasi antara peneliti dengan subjek yang diteliti sangat minim.
Ciri-ciri wawancara terstruktur:
o Daftar pertanyaan dan kategori jawaban telah dipersiapkan
o Kecepatan wawancara terkendali
o Tidak ada fleksibiltas
o Mengikuti pedoman
o Tujuan wawancara biasanya untuk mendapatkan penjelasan tentang suatu fenomena.

Wawancara Semi-Terstruktur àwawancara ini lebih tepat jika dilakukan pada penelitian  kualitatif.
Ciri-ciri wawancara semi-terstruktur:
o Pertanyaan terbuka namun ada batasan tema dan alur pembicaraan
o Kecepatan wawancara dapat diprediksi
o Fleksibel, tetapi dikontrol
o Ada pedoman wawancara yang djadikan patokan dalam alur,urutan, dan penggunaan kata
o Tujuan wawancara adalah untuk memahami suatu fenomena.

Wawancara Tidak Terstruktur à hampir mirip dengan bentuk wawancara semi terstruktur. Ciri-ciri wawancara tidak terstruktur:
o Pertanyaan sangat terbuka, jawaban lebih luas dan bervariasi
o Kecepatan wawancara sulit diprediksi
o Sangat fleksibel
o Pedoman wawancara sangat longgar urutan pertanyaan, penggunaan kata, alur pembicaraan 
o Tujuan wawancara untuk memahami suatu fenomena.

BERTUKAR PERAN SELAMA WAWANCARA
  • Pendekatan direktif
  • Pendekatan non-direktif
  • Pendekatan kombinasi
PROSES MENATA WAWANCARA
·         Panduan wawancara
Merupakan sebuah garis besar,tinjauan tentang uraian dasar dasar yang menetapkan struktur yang jelas dan sistematis pada wawancara yang telah melalui pengkajian selama bertahun-tahun (Stewart&Cash,2014).

Urutan garis besar
Terdapat beberapa macam urutan dalam urutan garis besar (Stewart & Cash, 2014),yaitu:
O Urutan waktu, memperlakukan topik atau bagian topik dalam urutan kronologis.
O Urutan ruang, mengatur topik melalui bagian divisi ruang: kiri ke kanan, atas ke bawah, utara ke selatan, atau lingkungan ke lingkungan.
O Urutan sebab-akibat, mengeksplorasi sebab dan akibat.
O Urutan solusi masalah, terdiri atas sebuah tahap masalah dan tahap solusi.

Perencanaan wawancara (Stewart & Cash, 2014)

a)      Wawancara tidak terencana, ciri-ciri:
• Memberi kebebasan untuk menggali jawaban
• Beradaptasi dengan responden
• Memberikan situasi yang berbeda karena jadwal wawancaranya fleksibel
• Membutuhkan keterampilan yang tinggi
• Sulit mengontrol batas waktu
• Bias pewawancara mungkin menyusup ke pertanyaan yang tidak direncanakan

b)      Wawancara cukup terencana, ciri-ciri:
• Memungkinkan kebebasan untuk menggali jawaban dan beradaptasi dengan respondenyangberbeda.
• Memberlakukan tingkatan struktur
• Menggunakan alat bantu seperti perekam
• Lebih mudah untuk melakukan dan mereplikasi wawancara

c)       Wawancara sangat terencana, ciriciri:
• Mudah untuk ditiru dan dilakukan
• Panjang waktu dapat ditentukan secara tepat • Dapat mencegah kedua pihak untuk tidak keluar dari daerah-daerah yang tidak relevan
• Tidak hanya menghabiskan waktu terlalu banyak pada satu atau dua topic tertentu

d)      Wawancara sangat terencana dengan standarisasi, ciri-ciri:
• Mudah untuk dilakukan, direkam, disimpulkan dan direplikasi
• Dapat dilakukan oleh pewawancara baru
• Informasi bersifat terbatas
• Hanya dapat menyelidik dari pilihan jawaban

e)      • Merupakan wawancara yang di setiap kondisinya dapat menggunakan jenis-jenis tertentu dalam pelaksanaannya.
• Pembukaan wawancara à menggunakan pendekatan wawancara tidak terencana.
• Dalam mendeteksi dan beradaptasi dengan responden à menggunakan pendekataan wawancara cukup terencana.
• Untuk memudahkan informasi yang bersifat kuantitif (usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, dan lain-lain) à menggunakan pendekatan sangat terencana

·         Urutan pertanyaan

1)      Urutan Lorong
2)      Urutan Saluran
3)      Urutan Saluran Terbaik
4)      Urutan Kombinasi
5)      Urutan Bentuk Quintamensional

è Membuka wawancara
1.       Proses dua langkah
·         Membangun hubungan kesesuaian
·         Orientasi kepada pihak lain
2.       Teknik pembukaan verbal
·         Sebutkan Tujuan
·         Meringkas Sebuah Masalah
·         Jelaskan Bagaimana Masalah Ditemukan
·         Menawarkan Sebuah Insentif atau Hadiah
·         Permintaan Saran atau Bantuan
·         Mengenal Posisi Responden
·         Mengacu pada Orang yang Mengirim Anda
·         Lihat Organisasi Anda
·         Meminta Jangka Waktu Tertentu
·         Bertanya
·         Gunakan Kombinasi
3.       Teknik pembukaan komunikasi nonverbal
·         Teritorial
·         Wajah, Penampilan, Busana
·         Sentuhan
·         Membaca Komunikasi Nonverbal

è MENUTUP WAWANCARA

Pedoman Menutup Wawancara
Ikuti aturan sederhana untuk melakukan penutupan yang efektif, seperti:
·         Penutupan seperti pembukaan adalah sebuah dialog bukan monolong. Ketika anda menjadi responden, ambil peran aktif untuk menutup wawancara dengan merespons pertanyaan, dengan menambah beberapakomentar ataufakta tanpa menutupi, dan mengekspresikanrasa terima kasih di saat yang tepat.
·         Jadilah jujur dan tulus dalam menutup dan jangan membuat janji yang tidak dapat Anda tepati.
·         Jaga kecepatan wawancara dengan hati-hati jadi Anda tidak terlalu tergesa-gesa dalam menutup wawancara.
·         Berhati-hati bahwa pihak lain akan memerhatikan dan mengartikan semua yang Anda katakan dan lakukan
·         Biarkan pintu terbuka dan mungkin tentukan kapan Anda akan menghubungi responden lagi.
·         Jangan mengenalkan topik baru atau ide akan sesuatu saat wawancara secara fakta atau psikologi telah berada di akhir.

Teknik menutup wawancara
  • Penawaran Menjawab Pertanyaan
  • Gunakan Pertanyaan Penerimaan
  • Nyatakan Penyelesaian dari Tujuan Utama
  • Buat Pertanyaan Pribadi
  • Buat Pertanyaan Profesional
  • Tanda Waktu Habis
  • Jelaskan Alasan Penutupan
  • Ungkapkan Terima Kasih atau Kepuasan
  • Atur Pertemuan Berikutnya
  • Ringkasan Wawancara


OBSERVASI

1.       Definisi observasi
  •      Observasi berasal dari bahasa latin yang berartikan memperhatikan dan mengikuti. Memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju (Banister, et al. dalam Herdiansyah, 2012)
  •      Catwright & Catwright (dalam Herdiansyah, 2012) mendefinisikan observasi sebagai suatu proses melihat,mengamati,dan mencermati serta“merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu

Tujuan
Mendeksripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas,dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dari kejadian yang diamati tersebut (Poerwandari dalam Herdiansyah, 2012).

Metode dalam Observasi
5 metode dalam observasi

1)      Anecdotal record
Merupakan salah satu metode dalam observasi dimana peneliti melakukan observasi dengan hanya membawa kertas kosong untuk mencatat perilaku yang khas dan unik dari seseorang.

2)      Behavioral checklist
Biasa disebut checklist merupakan suatu metode dalam observasi yang mampu memberikan keterangan mengenai muncul atau tidaknya perilaku yang di observasi dengan memberikan tanda (√)jika perilaku yang di observasi muncul..

3)      Participation charts
Metode ini hampir sama dengan metode cheklist yaitu melakukan observasi, merekam atau mencatat perilaku yang muncul atau tidak muncul dari subyek yang diobservasi secara simultan dalam suatu kegiatan tertentu.

4)      Behavior tallying and charting
Metode ini memiliki kelebihan yaitu mampu menguantivikasikan perillaku yang muncul dalam suatu rentang waktu yang ditentukan.

5)      Rating Scale
Metode ini hampir sama dengan behavioral cheklist atau partisipant charts, yaitu mencatat perilaku sasaaran yang dimunculkan oleh subyek atau observee. Perbedaanya terletak pada kebutuhan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas dari perilaku yang di teliti.

4.       Kelemahan & Kelebihan Observasi
·         Kelebihan
o   Dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan oleh subyek hingga pada hal-hal yang mendetail, pekerjaan-pekerjaan rumit yang kadang-kadang sulit untuk diterangkan.
o   Dapat menggambarkan lingkungan fisik dengan lebih detail, misalnya tata letak ruangan, peralatan, penerangan, ganguan, dll.
o   Dapat mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu unit pekerjaan tertentu.
·         Kelemahan
o   Adanya bias peneliti seperti peneliti terlalu baik atau terlalu “pelit” dalam memberikan penilaian terhadap perilaku yang muncul
o   Perilaku yang dimunculkan pada saat dilakukan observasi terkadang tidak mempresentassikan perilaku dan kondisi yang sebenarnya
o   Orientasi peneliti misalnya ketika seseorang yang di observasi berpakaian rapih dan berperilaku sopan sehingga jika peneliti menjunjung tinggi kerapian dan kesopanan,kecenderungan untuk memberikan penilaian yang netral akan terganggu.

5.       Meningkatkan Keakuratan Observasi
·         Melatih agar pengamat seobyektif mungkin yaitu dengan tidak menbiarrkan kebutuhan dan bias pribadi mereka mempengaruhi apa yang mereka amati dan dengan memisahkan pengamatan diri dan interprestasi merupakan salah satu pedoman untuk meningkatkan validitas data pengamatan
·         Mengamati beberapa perilaku khusus yang didefinisikan sebelumnya dengan menugmpulkan beberapa pengamat dan mengumpulkan banyak sampel pengamatan yang mewakili juga dapat meningkatkan keakuratan pengamatan.

DAFTAR PUSTAKA
  • Herdiansyah, Haris. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika
  • Kaplan, Robert M. & Saccuzzo, Dennis P . (2013). Psychological Testing Principles,Applications,andIssues.Wadsworth:ThomsonLearning
  • Neukrug, Edward S. & Fawcett R. Charles. (2010). Essentials Of Testing & Assesment.USA:CengageLearning
  • Segal, Daniel L. & Hersen, Michel .(2010). Diagnostic Interviewing. USA: Springer
  • Stewart, Charles J. & Cash, William B. (2014). Interviu Prinsip dan Praktik. Jakarta:SalembaHumanika